Sukabumi, Kabar-nusantara.com - Menerawang menembus batas relung ilustrasi dalam bentangan garis khatulistiwa yang membelah dunia menjadi dua kutub selatan dan utara
Indonesia adalah anugerah dan karunia Tuhan bagi anak bangsa di Negara Kepulauan Nusantara yang menjelma berdiri tegap dari Sabang sampai Merauke tampil unik dan eksotik di mata dunia yang kaya dengan budaya, suku dan bahasa inilah yang disebut Bhineka dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang indah nan mempesona.
Selain kaya dengan segala sumber daya, Indonesia pun memiliki iklim tropis yang belum tentu banyak dimiliki oleh negara lain di belahan bumi mana pun di dunia, selain udaranya yang sejuk darat dan lautnya juga kaya akan keindahan alam Indonesi, membuat semua orang betah tinggal didalamnya dengan setia menanti musim yang selalu silih berganti.
Pelita sang surya selalu setia menerangi dikehidupan siang maupun malam, dari mulai terbit diupuk
timur hingga terbenam diupuk barat pancarannya pun begitu tulus menembus ruang
dan waktu dari siang hingga larut malam untuk menemani rembulan agar dapat menerangi bumi .
terlukis indah
dalam imaginasi perlahan dengan gontai langkah
seorang kaki lelaki tua segera bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita dalam bingkai anak bangsa di negara yang kita cintai bersama. Indonesia begitu
mempesona indah nan permai, “bumiku adalah sorgaku “ ku suka bumiku.
Bukan saja
hanya air, api, angin bumi dan sinar matahari yang menjadi sumber kehidupan bagi warga masyarakat kampung Batu
Gajah Desa Walangsari Kecamatan
Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi, melainkan dengan masuknya listrik ke kampung ini dimasa kepemimpinan Kades Moch Yasin (Alm) Periode 2007-2012 silam, pada
saat itu pula Listrik (PLN) menjadi salah satu sumber daya yang dapat merubah peradaban warga kampung secara signifikan yang notabene kampung
ini memiliki ciri khas tersendiri serta gaya yang begitu bersahaja identik bernuansa primitif kini menjadi jauh lebih maju dan modern.
Siapa sangka yang
menjadi perwakilan dari jawa barat di tingkat nasional dalam gelaran lomba FLS2N semua bangga dan terharu walau hanya menyandang juara harapan 3 tingkat nasional ternyata beliau adalah M. Latif Ikhsan Nurjaman anak seorang guru Madrasah Diniyah Al-Hidayah yang lahir dan tumbuh besar di Kampung Batu Gajah
Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi.
Dayat sebagai ayah
kandung Latif Ikhsan Nurjaman selain menjabat selaku Ketua RW. Di Kampung Batu
Gajah ini, Beliau juga aktif dalam pengembangan dunia pendidikan secara formal maupun
informal, bahkan sudah terhitung lama beliau mengadakan pembelajaran
Madrasah Diniyah Tingkat
Awaliyah di bawah naungan sebuah Yayasan milik pribadinya ialah Yayasan Al-Hidayah.
Dengan jujur kami katakan bahwa kemajuan serta keberhasilandi kampung kami ini secara khusus warga Batu Gajah, terutama pengembangan dalam dunia pendidikan sangat terasa sekali dampak positif serta nilai manfaat yang didapat.
Sungguh sangat dominan luar biasa sekali setelah kampung kami ini tersentuh oleh program aliran listrik PLN dari Unit Pelayan Cibadak Sukabumi pada tahun 2007 silam menjadi pelita bagi seluruh anak bangsa. Serta mampuh merubah sebuah kehidupan suatu kampung seperti kampung kami yang telah lama hidup dalam kegelapan.
Sementara setahu kami listrik masuk Desa itu sejak tahun 1991 di masa orde baru. “Dan
alhamdulilah sekarang kampung kami menjadi jauh lebih maju setelah hadirnya PLN
di kehidupan warga kami, yang dulu gelap gulita kini berubah menjadi
terang benderang,” papar Dayat
saat bercerita di kediamannya,.Minggu ( 23
/1/21)
Bukan hanya Batu Gajah yang merasa terisolir
diperkampungan ini, namun hal serupa juga dapat dirasakan oleh kedua
tetangga kampung di antaranya ialah, kampung Ciherang Desa Gunung Malang
Kecamatan Cikidang dan Kampung Lio Desa Cianaga Kecamatan Kabandungan Kabupaten
Sukabumi.
Tiga kampung ini berada tepat di bawah lereng
dan lembah perkebunan Balungbangan di sebelah timur, di selatan Gunung Malang
dan Bukit Cianaga di sebelah barat kampung ini merupakan daerah
penghubung antar tiga wilayah Kecamatan Kalapanunggal dengan Kecamatan Kabandungan dan
Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi.
Aliran sungai Citarik dan sungai
Cipanas yang jadi garis pembatas bagi ketiga kecamatan itu dengan mata air yang
bersumber mata airnya dari Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak di
sebelah utara sebagai hulu dari kedua sungai tersebut.
Perkampungan ini tidak terlalu di kenal banyak orang selain
lokasi nya yang jauh dari keramaian kota, lagi-lagi kampung ini
berada di bawah lembah nan curam begitu ekstrim lokasinya. siapapun akan
terpana ketika melihat Perkampungan ini dari atas bukit didekatnya.
Meski banyak akses untuk
menuju kampung ini namun masih ada juga salah satu akses jalan yang perlu
perbaikan serta perlu untuk ditingkatan karena infra struktur jalan di
sepanjang lintasan perkebunan Balungbangan ini kondisinya masih
memperihatinkan tak selaras dengan abad milenial dan modern seperti sekarang
ini. nyatanya masih ada jalan batu koral sepanjang 2,4 km dari mulai Dusun Cingenca hingga
ke Batu Gajah Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi.
Seperti yang disampaikan lelaki paruh
baya dikediamannya ialah Adin (43) yang akrab di panggil Kang Adin oleh Warga
Desa Walangsari.Adin selain menjadi Anggota LPMD di Desanya beliau juga
berpropesi sebagai petugas tekhnis PLN dilapangan.
Bercerita tentang history masuknya listrik di Kampung Batu Gajah, banyak
pil pahit yang di telan warga dimasa lampau namun semuanya telah berlalu, “kini hanya menjadi sebuah kisah dan
cerita yang tak terlupakan buat penghantar lelapnya tidur anak cucu kita,” kata Kang Adin dalam membuka
obrolannya sambil tersenyum sipu.
Lanjut Adin, seingat saya dulu pada tahun 2007 silam dalam
waktu yang bersamaan dengan adanya program PNPM salah satu penerapan program
tersebut adalah Perkerasan jalan Desa Walangsari lokasi nya kebetulan di
Kampung Batu Gajah. seiring dengan kegiatan tersebut warga pun mengusulkan
kepada kami pihak Desa agar Kampung nya segera mendapatkan pemasangan Aliran
Listrik dari PLN.
“Ironinya warga ingin seperti di Kampung Ciherang Desa Gunung Malang yang lebih awal mendapat Aliran Listrik dari Unit Pelayanan PLN Cibadak,” papar Adin.
Singkat cerita aspirasi warga pun saya akomodir atas
dasar kepercayaan itulah saya merasa yakin, “bisa saja warga mempercayai saya
karena melihat propesi saya sebagai pekerja PLN sehingga masyarakat dapat menaruh
harapan besar kepada saya,“ tuturnya.
Secara spontan hati saya pun berkata, "sebetulnya
ini bukan kapasitas saya, ada rasa khawatir membebani hati saya bagai
mana jika nanti langkah dan niat baik saya ini di tolak oleh pimpinan PLN Unit Pelayanan Jaringan
dengan alasan akses jalan dan lain sebagainya yang tidak relevan dan efisien sehingga tidak memungkinkan
untuk dapat terpasang jaringan ke kampung Batu Gajah.
Jikalau usulan nya nanti tidak berhasil sesuai dengan
prasangka ini maka saya akan menanggung malu serta beban moral bagi saya
dan Lembaga Desa terkesan gagal dalam memediasi Warga. gumam Adin
Berbekal kepercayaan warga dan sebelum lebih jauh saya
melangkah ke Pimpinan PLN di Cibadak untuk membuat dan menyampaikan usulan
proposal Pemasangan Jaringan Listrik Baru di Kampung Batu Gajah, saya pun tidak
mau spekulasi dan ambil resiko maka langkah awal saya membentuklah dua orang
tokoh warga setempat yang dijadikannya sebagai panitia atau koordinator.
tugas dan fungsinya kedua orang itu hanya melakukan
pendataan dan penertiban secara kolektif administrasi dan komersial dari calon
konsumen PLN di Kampung itu mereka ialah Amur (63) dan Ojang (61). tutur
Adin
Masih kata Adin, untuk sementara waktu data yang terhimpun
Amur di keRTan 24,25 Kampung Batu Gajah hanya dapat terkumpul berkisar
di angka 27 KK dari 60 Kepala Keluarga (KK) yang sudah siap untuk
mendaftarkan diri menjadi calon konsumen baru sebagai pelanggan listrik
PLN dengan Pemasangan Paket 450W perKWH.
Ternyata benar apa yang di khawatirkan Adin sebelumnya,
untuk saat itu setelah saya menyampaikan usulan ternyata di tolak dengan alasan
yang pertama, jumlah calon konsumen tidak sebanding dengan biaya pemasangan
jalur yang begitu jauh jaraknya sehingga perlu biaya besar yang harus
dikeluarkan PLN inti nya PLN tidak ingin membebani warga pada
akhirnya.
kedua, jalur yang akan dilaluinya pun lahan perkebunan
Balungbangan selain proses perijinannya yang belum tentu respon, PLN pun ada
rasa keKhawatiran ditakutkan suatu saat nanti lahan tersebut akan di pergunakan
untuk kepentingan lain oleh pemilik HGU (Hak Guna Usaha) yaitu PT. Salak
Utama.
ketiga, ketersediaan pasokan listrik selama ini juga belum
maksimal kondisi jaringan yang sering ngedrop dan spaneng.
untuk sementara waktu jalur Listrik hanya ada dan
berakhir didusun Cingenca Kampung Ciujung Desa Walangsari Kecamatan
Kalapanunggal.
Ketiga alasan inilah saya dapat berfikir logis mendengar langsung paparan dari Pihak PLN Unit Pelayanan Cibadak dalam merespon usulan saya itu.TerangAdin
Tapi saya tidak berhenti disitu. dengan optimis Batu
Gajah harus teraliri listrik, sama hal nya dengan kampung2 lain di Desa
Walangsari pada umumnya.
Dalam waktu yang bersamaan saya melihat adanya program
pemasangan jaringan listrik masuk kampung di Ciherang Desa Gunung Malang Kecamatan
Cikidang yang letaknya tidak jauh hanya bersebrangan dengan keRtan 24 Kampung
Batu Gajah Desa Walangsari Kecamatan Kalapanunggal asumsi saya mengatakan
mungkinkah ini yang akan menjadi solusi bagi warga di kampung Batu Gajah. kata
adin
Gayung bersambut, fikir saya pun mengatakan untuk
menyampaikan usulan kali kedua dengan alasan logis dan relevan
berharap untuk dikabulkan oleh Pimpinan Unit Pelayanan PLN Cibadak hal yang
wajar kala itu, selain jarak nya yang begitu dekat hanya, 400 - 500 Meteran
saja dari Ciherang ke Batu Gajah dan juga PLN sedang giat-giatnya melaksanakan
Program Listrik Masuk Desa untuk menerangi seluruh Negeri agar Indonesia
semakin Maju.
Alhasil di kabulkanlah usulan Warga Batu Gajah oleh Pimpinan
Unit Pelayanan PLN Cibadak Kabupaten Sukabumi pada akhir Tahun 2007 silam yang
saya mediasikan sendiri ke pimpinan dan pelaksana nya Alhamdulillah dalam waktu
3 bulan Listrik sudah nyala di Batu Gajah di awal Tahun 2008. pungkas
Adin sambil menarik napas dalam dalam.
Dilain waktu dan tempat ada cerita yang sama dengan
orang berbeda seperti Amur warga Batugajah Desa Walangsari Kecamatan
Kalapanunggal dan Emad Warga Kampung Lio Desa Cianaga Kecamatan
Kabandungan.
Kedua nya hidup rukun bertetangga walau beda desa dan
Kecamatan, lain hal nya dengan warga Ciherang yang dulu sempat menolak jaringan
listrik yang ada dikampungnya untuk tidak di alirkan ke Kampung Sebrangnya
dengan alasan hanya beda Desa dan Kecamatan. kata Amur saat bercerita.
Dimaklumi banyak pihak atas
keterbelakangan wawasan dan pengetahuan juga cara berfikir masyarakat awam
tentu beda dengan kaum intelektual, namun hal itu tidak berlangsung lama karena
dimasa kepimimpinan Dua orang paraKepala Desa yang kini telah lama
"Almarhum" keduanya, (Moch.Yasin Kades Walangsari) dan (Odang Kades Gunung
Malang)
Beliau begitu bersahabat sehingga kebijakan persahabatan
keduanya selama menjadi kades banyak dikenang atas jasa- jasa yang mulia semasa
hidupnya.
Pada akhirnya tiada henti setiap generasi warga rela
memanjatkan Do'a dan tetap mengenang semoga Beliau Para Almarhum mendapatkan tempat
yang setimpal disisi Tuhan. Alloh Swt. Aaamiin.
Atas perjuangan dan pengorbanan serta dedikasi yang beliau
lakukan semasa hidupnya itu sungguh luar biasa bagi kemajuan warga bangsa
dengan mendukung secara moral atas program PLN untuk Menerangi Negeri, agar
Indonesia Maju. Ungkap Amur.
Puji Syukur kami ucapkan, Terimakasih dan Apresiasi sekali khusus buat PLN yang selama ini telah menjadi pelita dikehidupan kampung kami yang telah banyak membawa dampak positif dalam setiap sektor dan sendi2 kehidupan.tutup Amur
Senada diceritakan Emad seorang lelaki Tua (67) beliau
juga banyak bercerita tentang masa lalu kampung halaman nya, terkadang sesekali
terselip juga cerita kedua kampung di seberang rumah tinggal nya saat Emad asik
bercengkrama di sebuah warung milik nya bertempat di kampung Lio Desa
Cianaga. minggu pagi, (24/1/21)
Emad adalah orang yang pertama tinggal di daerah
ini yang kini disebut Kampung Lio dari sejak tahun 1975 ia sudah mulai
tinggal disini jauh sebelum daerah ini menjadi perKampungan kaya sekarang kalau
jaman dulu jangan Listrik jalan saja masih jalan setapak dengan kondisi
nya juga masih tanah. katanya.
awal nya hanya Emad dan keluarga yang tinggal disini
itupun saya hanya nyaung- nyaung doang (hanya sekedar gubug saja) sekedar
untuk menunggu hasil bumi dan sekedar beristirahat ketika usai bekerja di
atas lahan Pertanian milik sendiri, papar nya.
seperti ini di sekeliling rumah saya ini kan tidak ada lahan
orang lain disini semua pemilik nya masih satu keluarga masih saudara dengan
saya. kata emad sambil menunjukan lahan nya dengan nenengadahkan wajah
keriputnya ke arah persawahan.
Bercerita masa lalu seakan tak ada habisnya buat lelaki tua
yang lahir di Kampung Lemahduhur Desa Cianaga Kecamatan Kabandungan.
Alasan ia tinggal dan menetap di kampung ini karena dulu kan
masih banyak sasatoan yang suka ngerusak pepelakan saya (tanaman saya) kaya
babi hutan, burung dan kadang monyet juga suka ada makanya saya tinggal disini
kan rumah mah saya di lemaduhur juga ada tapi sekarang mah udah betah disini
makanya saya bikin rumah disini. ucap nya
Bertanya tempo dahulu terkait penerangan di kampung Lio
seperti apa kisahnya, karena semua tau masuk nya penerang Listrik PLN di
Kampung Lio itu di Tahun 2019 dengan usianya baru 2tahun berjalan.
Dulu sebelum ada Listrik penerangan
warga disini kalau malam hanya ya pake lentera dengan memakai sumbu kain
bekas berbahan bakar minyak tanah, tapi kesini2nya ada juga yang pake listrik
Dinamo bagi masyarakat yang tergolong mampuh.
Pasang dinamo itu selain biaya nya yang cukup mahal kendala
nya juga lumayan banyak jarang ada yang bertahan lama apalagi kalau musim
hujan tiba, hampir setiap malam suka terjadi banjir bandang sungai citarik ini,
kalau terjadi banjir semua yang menggunakan listrik dinamo tenaga kincir air
pasti semua pada mati, baik yang disini warga Lio maupun di Ciherang dan
Batugajah pasti mati aja karena kincirnya suka terseret arus air bukan hanya
kincir terkadang dinamo nya juga rusak kebakar karena konslet terendam air
banjir bandang. naas nya lagi kincir dan dinamo nya juga hilang terseret arus
banjir. begitulah kondisinya kata Emad.
Ada juga kendala di musim kemarau,
kincirnya berjalan dinamonya hidup, tapi listrik yang dihasilkan nya melempem,
padahal hanya di pake untuk lampu penarangan saja di waktu malam tetep aja
melempem itu pun lampu yg di gunakan nya hanya dua bohlam.
Karena pada musim kemarau aliran air sungai citariknya juga menurun sehingga gelebeg (kincir) tidak dapat berputar menggerakan dinamo nya dengan normal, keluh Emad.
Makanya sekarang mah setelah ada
listrik dari PLN alhamdulillah Terimakasih sekali karena semua warga disini
sudah terbantu penerangan nya oleh PLN, baik yang di kampung Lio Kampung
ciherang dan BatugajahalhamdulilahTerimakasihya PLN. Pungkas Emad.
Bukan hanya Emad dengan yang lainnya di Kampung Batu Gajah
ini kaum hawa pun angkat bicara. ia adalah belahan jiwa nya seorang koordinator
pemasangan Listrik di Batu Gajah sebut saja Bu Amur.
Dalam vidiio yang berdurasi satu menit enam detik dengan
nada yang ter bata-bata Bu Amur menyampaikan ucapan Terimakasih kepada PLN yang
Telah menerangi kehidupan dikampung nya serta ada banyak manfaat yang di rasa
oleh warga disini. ucapnya
Karena dengan ada nya listrik kita
bisa beli kulkas dan membikin es buat usaha, dan untuk nyuci bisa beli mesin
cuci juga bisa ada TV pokok nya ema Doain buat PLN semoga jaya, Aamiin. sekali
lagi Ema ucapkan Terimakasih dari Kampung Batugajah Desa Walangsari
Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi. [Dedi Cobra]
"PLN MENERANGI NEGERI, INDONESIA MAJU "